Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw <p><strong>Seminar Nasional Bali Sangga Dwipantara-Bali Dwipantara Waskita</strong></p> <p>Para peneliti, akademisi, dan peminat budaya yang terhormat,</p> <p>Kami dengan senang hati mengumumkan Seminar Nasional Bali Sangga Dwipantara, sebuah acara yang didedikasikan untuk mengeksplorasi beragam pengetahuan dan warisan budaya yang mempesona. Seminar ini bertujuan untuk menyediakan platform bagi para cendekiawan, praktisi, dan peminat untuk berkumpul dan terlibat dalam diskusi bermakna yang akan berkontribusi pada pelestarian dan kemajuan tradisi budaya dan pengetahuan akademik yang kaya.</p> <p>Bertajuk <strong>Sindhu-Taksu-Sadhu</strong></p> <p>Kebudayaan maritim dibentuk atas olah budi masyarakat yang mendiami wilayah kepulauan. Karakteristik wilayah kepulauan menjadikan laut dan samudera sebagai ibu; menjadikan praktik seni budaya bahari berorientasi pada memuliaan laut sebagai muasal sekaligus jalan pulang (sangkan paraning dumadi).</p> <p>Memaknai Sindhu-Taksu-Sadhu menempatkan pemaknaan atas laut dan samudera hadir dalam khazanah material dan spirit. Pemaknaan secara material, laut dan samudera merupakan ekosistem biota dan jazad renik dalam air yang tertaut dengan pesisir dan pulau-pulau sebagai kelanjutan alamiahnya. Secara spiritual, pemaknaan pesisir, teluk, tanjung, laut, dan samudera merupakan wilayah sakral, ruang lapang untuk memuliakan semesta dengan berbagai atribut keluhuran.</p> <p>Guna semakin meluaskan pemaknaan atas praktik, karya, dan kecemerlangan gagasan seni budaya tentang Laut dan Samudera, Seminar Nasional Bali-Dwipantara Waskita (Republik Seni Nusantara) mengundang seluas-luasnya masyarakat akademik di Indonesia untuk berpartisipasi mengajukan artikel ilmiah. Topik Sindhu-Taksu-Sadhu membuka peluang interpretasi lintas perspektif; seni budaya maritim yang terus hidup menghiasi peradaban Nusantara.</p> <p>Sub-tema:<br />1. Laut dan Samudera idiom kultural, etik tradisi, imajinasi persona-komunal<br />2. Laut dan Samudera entitas religi dan ritus.<br />3. Laut dan Samudera dalam harmoni diri dan alam semesta.<br />4. Laut dan Samudera Daya Cipta Seni.<br />5. Laut dan Samudera Medium Seni.<br />6. Laut dan Samudera Inspirasi Rekacipta Seni dan Desain.<br />7. Representasi Laut dan Samudera pada Karya Seni.<br />8. Abstraksi Laut dan Samudera pada Karya Seni.<br />9. Narasi Laut dan Samudera Estetika Seni.<br />10. Ekspresi Laut dan Samudera Stilistika Seni dan Desain.<br />11. Laut dan Samudera Usadha, Seni Terapi.<br />12. Metafora Laut dan Samudera, Makna, dan Sugestinya.</p> <p> </p> <p><img src="https://telegra.ph/file/eccbe65727603e468ff65.jpg" width="702" height="702" /></p> UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar en-US Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara 2808-7992 <p><a href="https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/index" target="_blank" rel="cc:attributionURL noopener noreferrer">BALI DWIPANTARA WASKITA (Seminar Nasional Republik Seni Nusantara) </a>© 2021 by <a href="https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/index" target="_blank" rel="cc:attributionURL noopener noreferrer">Institut Seni Indonesia Denpasar </a>is licensed under <a href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/?ref=chooser-v1" target="_blank" rel="license noopener noreferrer">Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International</a></p> PEMBINAAN GENDING BOPONG GENDER WAYANG GAYA KAYUMAS DENPASAR PADA SANGGAR TABUH KEMBANG WARU DI KOTA DENPASAR https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/408 <p>Penelitian ini bertujuan sebagai usaha penyelamatan aset warisan tak benda yaitu gending Bopong Gaya Kayumas Denpasar. Gending bopong merupakan salah satu dari gending petangkilan dalam adegan pertunjukan wayang kulit Bali. Belakangan ini terjadi fenomena Gending Bopong sudah jarang disajikan lagi karena gending ini memiliki struktur yang panjang sehingga kesulitan untuk dapat menguasai gending ini. Hal tersebut menyebabkan gending ini dikhawatirkan mengalami kepunahan sehingga diperlukan pembinaan mengenai penguasaan teknik keahlian menabuh dan penguasaan materi gending Bopong secara praktis. Metode yang digunakan melalui beberapa tahapan yaitu Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini melalui beberapa tahapan yaitu (1) Sosialisasi; (2) Tahap Pelaksanaan; (3) Fase Stabilisasi; (4) Tahap Evaluasi; dan (5) Penyajian hasil pembinaan.Hasil dari kegiatan pengabdian ini peserta pelatihan di Sanggar Tabuh Kembang Waru mampu memperkaya pengetahuan dan keterampilan menabuh Gender Wayang serta menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan dalam menjaga sekaligus mengembangkan warisan seni tradisi.</p> Ni Putu Hartini I Nyoman Mariyana I Gede Mawan Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 1 8 POSITIONING SINEMA SENI LAUT DAN GUNUNG DALAM REKA CIPTA FILM MUSIK “KAWYAGITA MANDALA” https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/409 <p>Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan positioning sinema seni laut dan gunung dalam reka cipta film musik pengantar roh yang berjudul “Kawyagitan Mandala”.&nbsp; Film ini mengangkat objek penciptaan gong luang sebagai gamelan sakral dan keramat dalam tradisi Bali yang biasanya untuk mengiringi upacara kematian pitra yadnya. Visual film menawarkan posisi laut dan gunung sebagai gambar penting dalam film. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data dari studi lapangan yaitu mewawancarai produser, sutradara dan penulis naskah film, serta studi pustaka terkait buku dan jurnal yang relevan. Dengan menggunakan teori Geoff King menemukan hasil bahwa positioning sinema seni sebagai upaya berani untuk menilai seni film secara objektif. Hasil analisis sinema seni laut dan gunung dari sudut pandang ilmiah dan tidak bias, yaitu simbul dari upacara Nyegara Gunung dalam rangkaian Ngaben. Nyegara Gunung adalah upacara pitra yadnya untuk proses penciptaan dari dewa pitara menjadi Dewa. Upacara ini sebagai harmonisasi secara spiritual yang berorientasi pada gunung dan lautan, yang juga dimaknai luan-teben, sekala-niskala, rwa bhineda dan sebagainya. Segara atau laut sebagai lambang predhana (perempuan) dan gunung sebagai lambing purusa (laki-laki). Upacaranya sendiri divisualkan di tepi pantai atau segara (laut), karena laut memiliki makna filosofis sebagai&nbsp; sumber kehidupan. Implikasi penelitian ini adalah untuk memberi ruang sineas dalam menciptakan film dengan tetap memegang teguh tradisi dan filosofi yang diwariskan.</p> Nyoman Lia Susanthi I Nyoman Payuyasa IB Hari Kayana Putra Ketut Hery Budiyana Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 9 22 STILISTIK BINATANG DALAM PENCIPTAAN KRIYA KONTEMPORER https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/411 <p>Penciptaan ini memerlukan objek studi sebagai kajian sumber untuk memperdalam dan mematangkan konsep, terutama membentuk struktur karya yang memiliki dasar pemikiran yang kuat dan dapat dijadikan sumber inspirasi penciptaan seni kriya. Tinjauan sumber penciptaan ini bertujuan untuk melacak karya-karya yang objek dan topiknya sama, serta untuk menunjukkan perbedaan dengan karya yang pencipta ciptakan, baik material, teknik dan konsep penciptaan. Objek studi dapat diperoleh dari sumber tertulis atau tekstual, yaitu: buku, majalah, manuskrip lontar, internet dan sumber visual, seperti data yang di kumpulkan seperti: gambar, lukisan, relief kayu, batu, logam, patung berbahan kayu, perunggu, prasi, video, sumber-sumber lisan, diskusi maupun wawancara. Memahami hal ini, dapat menambah daya kreativitas dalam penciptaan karya seni, sehingga menunjukkan hasil yang berbeda/baru antara karya seni yang dicipta dengan karya yang diacu. Mencermati beberapa visualisasi binatang, pencipta akan mengambil sikap yang berbeda dalam menentukan wujud karya kriya yang digarap, baik dalam pemilihan tema, bahan dan teknik. Sehingga dapat menumbuhkan penghargaan terhadap karya seni dan budaya.</p> I Nyoman Ngidep Wiyasa I Made Jana I Made Sumantra Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 23 36 MENGENAL BUDAYA MARITIM DALAM ARSITEKTUR NUSANTARA https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/412 <p>Ketika bumi mengalami perubahan iklim ekstrim pada zaman Pleistosen, temperatur bumi sering naik turun. Manusia harus hidup nomaden, karena terjadi proses glasial (zaman es) terus menerus. Ketika lapisan es di kutub mencair, permukaan air laut naik. Benua Sunda dan Sahul kemudian terendam menjadi dangkalan. Dampaknya, muncul pulau-pulau yang kemudian menjadi Negara Kepulauan Nusantara (Indonesia). Jadi, Indonesia dasarnya adalah benua maritim, yang terbentuk pada masa Holosen atau Alluvium. Wilayahnya adalah tanah dan air yang luas. Oleh karena itu, budaya maritim penduduk di Nusantara sudah berakar sejak masa prasejarah. Gambar-gambar perahu di dalam gua-gua purba, merupakan ekspresi seni penduduk Nusantara prasesejarah. Jiwa maritim juga tercermin pada sebutan wilayah negerinya, yang disebut Tanah Air. Perahu bercadik digunakan sebagai alat transportasinya di kawasan Samudera Hindia dan Pasifik. Jiwa maritim juga berpengaruh pada bidang arsitektur bangunannya, yang antara lain dapat ditemukan di wilayah Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Ekspresi jiwa maritim pada arsitektur, antara lain tampak pada mahkota atap bangunan, pola desa atau kampung, denah rumah dan struktur bangunan rumah.</p> I Gede Mugi Raharja I Putu Udiyana Wasista Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 37 45 CUPU MANIK TIRTA AMERTA UNTUK MENJAGA KESEIMBANGAN KOSMOLOGI AIR DARI GUNUNG KE LAUT https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/413 <p>Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mencipta dan menyajikan cupu manik tirta amerta sebagai peningkatan apresiasi pendidikan&nbsp; ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian lingkungan alam. Model pengabdian dengan penciptaan seni patung cupu manik tirta amerta menjadi ekspresi budaya yang mampu menjadi media upaya solusi atas permasalahan kerusakan daerah aliran sungai (DAS) Unda yang terjadi saat ini. Metode penciptaan dan penyajian meliputi perancangan model untuk menemukan desain penyajian seni patung yang memiliki kebaruan,eksplorasi alat dan bahan untuk menemukan materi utama. Proses penciptaan bersifat kalaborasi dengan masyarakat, pemerintah Desa Paksebali, Dawan Klungkung, komunitas seni, pencinta lingkungan, dan mahasiswa sehingga terjadi saling respon dan pertukaran pengalaman. Penciptaan ini juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan inovasi dengan kreativitas yang bisa merevitalisasi objek wisata Kali Unda guna mengembalikan vitalitas kawasan yang telah menurun. Dampak penciptaan ini mampu mempengaruhi meningkatnya kunjungan wisata yang berdampak pula pada kesejahteraan masyarakat.</p> I Wayan Setem I Wayan Gulendra I Made Bendi Yudha Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 46 57 VIDEO PEMBELAJARAN MENGARANSEMEN LAGU RAKYAT BALI DALAM BENTUK VOKAL KELOMPOK https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/414 <p>Permasalahan yang dihadapi para guru seni budaya adalah belum tersedianya video pembelajaran mengaransemen lagu dalam bentuk vokal kelompok pada mata pelajaran seni musik khususnya di kelas IX (Sembilan) semester 1-2, pada kompetensi dasar teknik pengembangan ornamentasi ritmis maupun melodis lagu dalam bentuk vokal kelompok. Penelitian ini berfokus pembuatan video pembelajaran mengaransemen lagu dalam bentuk vokal kelompok. Materi video pembelajaran ini mencakup (1) pengetahuan teknik arransemen lagu untuk vokal kelompok; (2) pengetahuan teknik/cara mengembangkan melodi lagu dalam bentuk vokal kelompok; (3) membuat, pengembangan melodi lagu secara sederhana untuk vokal kelompok; (4) menampilkan hasil arransemen lagu untuk vokal kelompok. Penelitian ini berpendekatan research and development [R&amp;D] dengan prosedur pengembangan model Borg &amp; Gall melalui beberapa tahapan yaitu (1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan; (2) menciptakan produk awal; (3) validasi ahli dan revisi; (4) uji coba perorangan dan revisi produk; (5) uji coba kelompok kecil dan revisi produk. Teknik pengumpulan data digunakan angket, dan wawancara. Teknik analisis data digunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa video pembelajaran mengaransemen lagu dalam bentuk vokal kelompok sangat layak sebagai media pembelajaran seni musik, karena sangat membantu guru dalam mencapai efektivias pembelajaran seni musik baik teori maupun praktek, dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran, dapat merangsang minat belajar siswa untuk lebih mandiri, serta siswa aktif dan termotivasi untuk mempraktekkan latihan.</p> Ni Luh Sustiawati Ni Wayan Ardini I Komang Darmayuda Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 58 78 ABSTRAKSI LAUT DAN SAMUDERA PADA KARYA SENI LUKIS https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/415 <p>Secara fisik-nonfisik, laut dan samudera adalah mahaluas, sehingga muncul ungkapan lokal Bali, segara tanpa tepi, sumber inspirasi yang tidak terbatas bagi penciptaan karya seni lukis. Artikel ini bertujuan untuk mengabstraksikan ketidakterbatasan tersebut dengan cara eksplorasi bentuk dan isi yang lebih mendalam tentang laut dan samudera pada karya seni lukis. Metode penciptaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1) Persiapan mental; 2) membuat sketsa; 3) memainkan elemen-elemen visual; 4) membiarkan proses mengalir alamiah; 5) membebaskan diri dari keterikatan; 6) analisis estetik-terapeutik; dan 7) visualisasi kreatif refleksi batin. Hasilnya, lukisan laut dan samudera tidak hanya mencerminkan pemandangan fisik, tetapi juga menggali makna lebih mendalam mengenai perjalanan dan keberanian dalam menghadapi tantangan kehidupan. Melalui abstraksi ini, penulis mengajak penikmat seni untuk merenung dan meresapi pesan-pesan yang terkandung pada lukisan mengenai kompleksitas laut dan samudera yang mahaluas. Bagaimana seni dapat membuka ruang imajinasi, stimulasi emosi, dan meningkatkan apresiasi terhadap keindahan dan kompleksitas alam. Implikasi dari penciptaan ini adalah mengembangkan kontemplasi perjalanan artistik untuk mengajak kita mengeksplorasi, menghargai, dan menjaga alam sebagai harta yang tidak ternilai. Proses kreatif ini merupakan panggilan batin untuk lebih menghubungkan diri dengan energi alam dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi yang tak terputuskan dalam ekspresi kreatif dan apresiasi alam terhadap esensi hidup dan kehidupan. Analisis ini berpotensi untuk menciptakan pandangan baru mengenai pemahaman, artikulasi, dan pengalaman untuk sadar menjaga keseimbangan antara diri dengan lingkungan melalui abstraksi laut dan samudera pada seni lukis.</p> I Wayan Karja Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 79 89 “GANGGARAM” PERTUNJUKAN CAK AIR https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/417 <p>Perkembangan kesenian kecak dari awal terciptanya hingga kini terus melaju dengan pesat. Telah banyak tumbuh sekaa-sekaa kecak di daerah baik dalam bentuk kecak tradisi maupun kecak yang sudah dikembangkan dari segi pertunjukannya. Sebagai pewarisan tradisi, kesenian kecak kerap kali kita jumpai pada pertunjukan wisata yang disajikan di hadapan wisatawan. Pada umumnya konsep penyajiannya masih menggunakan pola-pola tradisional, baik kostum, tema, maupun garap musikalnya. Saat ini penyajian kesenian kecak lebih sering kita jumpai mempergunakan api sebagai pendukung garapan yang sering dikenal dengan sebutan kecak api. Diperlukan gubahan baru dalam penciptaannya. Kecak air, sebuah tawaran baru dalam penyajian kecak yang diciptakan sebagai penunjang komoditi pariwisata. Pertunjukan cak ini menggunakan air sebagai media pendukung garapan dengan judul “GanggaRam”. GanggaRam diambil dari kata Gangga sebagai simbol pemujaan Dewi Gangga, dan kata Ram dalam bahasa Sansekerta berarti yang menyenangkan.&nbsp; “GanggaRam” adalah pertunjukan kecak sebagai simbol pemujaan kepada Dewi Gangga yang memberikan sumber kehidupan dan kebahagian kepada manusia. Penciptaan karya “GanggaRam” ini menggunakan metode penciptaan dari Alma M. Hawkins melalui 3 tahapan, yaitu Exploration (eksplorasi), Improvisation (improvisasi), dan Forming (pembentukan). Tercipta sebuah karya gubahan baru dari penyajian cak air yang mampu bersaing dalam industi pariwisata sebagai produk unggulan wisata air terjun. Pesan yang ingin disampaikan dari karya ini adalah manusia harus mampu menjaga alam dan memanfaatkan air dengan baik untuk kelangsungan semua mahluk hidup di bumi.</p> I Nyoman Mariyana I Made Dwi Andika Putra Sang Nyoman Gede Adhi Santika Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 90 99 KONSEP TIRTHA SEBAGAI INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN TARI UDHAKANJALI https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/418 <p>Air memiliki fungsi penting dalam proses ritual Hindu secara universal. Sebagai sebuah konsep filosofis, interpretasi tentang air dalam konteks sosio-religi masyarakat Hindu Bali sebagai sumber inspirasi untuk penciptaan tari terbuka untuk diselidiki lebih lanjut. Penelitian ini berusaha untuk menyelidiki konsep tirtha dalam agama Hindu sebagai sumber inspirasi untuk karya-karya tari Udhakanjali. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsep filosofis dari tirtha dalam agama Hindu dan untuk mengidentifikasi dan menerjemahkan konsep ini ke dalam elemen-elemen artistik dari tarian. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dan pendekatan analisis tekstual. Sebagai sumber data, digunakan dokumentasi audiovisual dari Tari Udhakanjali dan literatur akademis yang meneliti konsep filosofis dari air, dilengkapi dengan wawancara dengan narasumber terkait. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa rumusan konsep tirtha sebagai inspirasi penciptaan Tari Udhakanjali terbentuk dari analisis tekstual terhadap pustaka suci Hindu dan analisis tekstual terhadap praktik sosio-religius masyarakat Bali tentang air. Pentingnya konsep filosofis air dalam Tarian Udhakanjali diwakili oleh tiga elemen artistik penting: (1) Bentuk Tarian, (2) Struktur Tarian, dan (3) Elemen Artistik. Sifat agung dan anggun dari Dewi Gangga merupakan inspirasi dari bentuk tarian kelompok yang terdiri dari sembilan orang. Struktur pertunjukan yang terdiri dari enam bagian mewujudkan prosesi pemujaan terhadap Dewi Gangga pada Puja Surya Sewana serta karakteristik air yang tenang namun dinamis. Gerakan, musik, tata rias, dan busana tarian ini berasal dari konsep tirtha, yaitu air sebagai persembahan dan anugerah. Temuan dari penelitian ini memberikan gambaran tentang bagaimana sebuah konsep filosofis religius yang abstrak dapat digunakan sebagai sumber inspirasi untuk penciptaan karya seni dengan cara mengkaji dari berbagai perspektif.</p> Ida Ayu Wimba Ruspawati Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 100 114 “PADU AREP” FILM DOKUMENTER GENDING RARE DALAM HEGEMONI BUDAYA POP https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/420 <p>Hubungan cinta kasih antara orang tua dengan anaknya, termasuk pola didik, bisa diumpamakan sebagai samudra yang hadir dalam khazanah material dan spiritual, mengandung makna yang mendalam. Seperti samudra yang menyediakan kehidupan bagi berbagai makhluk laut, orang tua juga melalui gending rare memberikan pendidikan dan dukungan untuk membantu anak berkembang secara karakter dan emosional. Berdasarkan pengamatan, dalam lima tahun trakhir gending rare mulai kehilangan popularitas di kalangan masyarakat Bali. Pengaruh globalisasi memunculkan anggapan bahwa menyanyikannya merupakan keterbelakangan budaya sehingga orang tua lebih memilih untuk menyanyikan anaknya lagu asing dan popular, begitu pula dengan anak-anak. Upaya melestarikan seni budaya di tengah arus globalisasi dan hegemoni budaya pop diperlukan langkah yang tepat. Penciptaan film dokumenter diterapkan dalam upaya mempopulerkan kembali gending rare pada masyarakat luas. Penggunaan narasi dan kehadiran subjektifitas pembuat mampu membentuk opini penonton. Penciptaan film dokumenter “Padu Arep” menggunakan metode yang diawali dengan riset dan menerapkan tiga tahap baku proses produksi karya film yaitu pra-produksi, produksi dan pasca produksi. Kebaruan dalam penciptaan ini menjawab permasalahan untuk melestarikan gending rare dan mempopulerkannya kembali melalui penciptaan karya film dokumenter berjudul “Padu Arep” yang memiliki arti mencocokan bersama-sama atau bermakna menggali, melihat, mendengar, dan bertutur bersama. Implikasi dari penelitian ini mengajak penonton mempopulerkan kembali gending rare ditengah hegemoni budaya pop melalui pemanfaatan media film dan membangun kesadaran bersama akan pentingnya menjaga warisan yang tidak berwujud ini.</p> I Made Denny Chrisna Putra Epriliana Fitri Ayu Pamungkas Made Rai Budaya Bumiarta Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 115 129 MEMAKNAI “CHOPIN LARUNG” https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/421 <p>“Chopin Larung” merupakan salah satu mahakarya seniman legendaris Indonesia Guruh Soekarno Putra pada tahun 1975 yang dapat ditemukan dalam album Guruh Gipsy (1977). Komposisi musikal dengan lirik lagu sedih berbahasa Bali halus ini secara objektif sangat indah dinikmati hingga kini. Pada lagu ini Guruh mampu menangkap fenomena pariwisata Bali yang diwakili Kuta dengan pariwisata pantai, yang merupakan bagian dari pariwisata tirta/air (water tourism). Dari persoalan ini, literature review ini bertujuan menganalisis pesan-pesan bermakna yang terkandung dalam bentuk musical estetika lagu ini. Data dianalisis secara kualitatif menggunakan teknik interaktif berupa reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan. Keindahan “Chopin Larung” ditemukan dari pencampuran musik tradisional Bali dan musik Barat begitu padu. Dimasukkannya sebagian karya Frederic Chopin “Fantasia Impromptu” tersebut menjelang akhir komposisi menyebabkan lagu terdengar menghentak tetapi tampak nyambung dengan tema duka lagu. Sebagai “lagu nasionalis”, “Chopin Larung” mengkritik besarnya karakter Barat westernisasi dalam pariwisata Bali, dalam hal ini Kuta yang bermodal pariwisata pantai, yang meminggirkan sakralitas budaya lokal. Dihubungkan dengan situasi masa kini, si komposer bahkan mampu meramal bakal terjadinya fenomena overtourism. Tidak mengherankan, dalam komposisi ini, ketika mati, Chopin pun dibayangkan dilarung di selatan, tepatnya di laut.</p> Ni Wayan Ardini Ketut Sumerjana I Komang Darmayuda Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 130 136 RELEVANSI APLIKASI KONSEP SEGARA DALAM ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA FILM DOKUMENTER CALACCITRA UNDAGI MAHOTTAMA: BIOGRAFI I GUSTI MADE GEDE (1843-1940) https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/422 <p>Tujuan dari penelitian dan penciptaan ini untuk mengungkap kesinambungan makna antara narasi film ketika kode estetik arsitektur tradisional Bali dipindahkan ke visual-naratif film documenter. Metode yang digunakan adalah Visual Content Analysis yang secara interpretatif-kritis mengkaji kesepadanan kode estetik arsitektur tradisional Bali ke dalam narasi visual film. Film CUM sebagai hasil karya penelitian dan penciptaan seni, struktur film dan struktur naratifnya menggunakan pendekatan ilmiah yang dibagi dalam beberapa sekuens berdasarkan hitungan cani-watu-segara-gunung-rubuh. Konsep segara diaplikasikan sebagai pembahasan aspek biografis tokoh melalui voice over.Kesinambungan yang harmonis tersebut dapat dilihat pada kesesuaian konsep segara dalam arsitektur tradisional baik secara layout dengan aplikasi dapur (paon), filosofi; serta dalam epsitemologi budaya Bali seperti konsep segara tanpa tepi dan konsep Baruna Brata dalam Asta Brata sejalan dengan maksud sineas dalam penempatannya pada film. Sinergitas antara kesesuaian kode estetik arsitektur tradisional dan film merupakan sebuah terobosan dan upaya pelestarian nilai arsitektur tradisional Bali yang semakin tergerus di era modern, sekaligus memberikan nilai tambah pada karakter film yang berbasis budaya visual Bali.</p> I Kadek Dwi Noorwatha I Kadek Puriartha Gede Basuyoga Prabhawita Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 137 148 PRESERVASI MOTIF TENUN SONGKET TRADISIONAL BALI https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/423 <p>Pulau Bali memiliki ragam peninggalan budaya tak benda, salah satunya adalah pembuatan tekstil tradisional dengan teknik ikat—yang dikenal dengan tenun Endek dan teknik sungkit—yang dikenal dengan tenun Songket. Proses pembuatan tenun Songket membutuhkan waktu yang cukup lama, karena motif tenun dibentuk dengan menyungkit benang lungsi helai per helai pada alat tenun cagcag. Motif-motif yang telah dibuat oleh seniman tekstil ini kemudian disimpan dalam bentuk <em>tulad</em>—terdiri dari susunan beberapa lidi dengan informasi motif di dalamnya. Beberapa informasi motif pada <em>tulad</em> yang telah disimpan bertahun-tahun tidak lagi utuh, dikarenakan lidi yang diperguunakan kebanyakan sudah rapuh dan patah. Untuk mempertahankan motif-motif pada <em>tulad</em> yang dimiliki oleh para seniman tekstil ini, maka diperlukan usaha untuk melindungi atau preservasi motif dengan melakukan proses penggambaran digital motif yang ada pada <em>tulad</em>. Data <em>tulad</em> dikumpulkan dengan menguunjungi pengrajin Songket yang ada di Pulau Bali. Proses pengumpulan data ini dibarengi dengan proses wawancara dengan pengrajin Songket untuk mendapatkan gambaran proses perhitungan motif pada <em>tulad</em>. Melalui pemahaman pada proses pembuatan motif tenun Songket pada <em>tulad</em> akan membantu peneliti dalam proses penggambaran secara digital mengguunakan bantuan aplikasi pada wastrabali.id. Temuan dari penelitian ini adalah informasi mengenai proses pembentukan <em>tulad</em> serta file digital motif Songket dari beberapa <em>tulad</em>. Kontribusi dari penelitian ini adalah file digital motif tenun Songket yang disimpan dalam bentuk database. Database tersebut dapat diguunakan sebagai panduan bagi generasi selanjutnya dalam membuat motif tenun Songket dan sebagai acuan pengembangan desain motif-motif Songket yang baru.</p> Nyoman Dewi Pebryani Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 149 154 REINTERPRETASI IDEOLOGI LAUT DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI MINA MAHA MANU https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/424 <p>Kajian terhadap landasan ideologis penciptaan sangat penting dilakukan untuk memberikan panduan langkah penciptaan karya yang kohesif antara gagasan dan garapan. Penelitian ini mendalami ideologi di balik karya seni tari Mina Maha Manu yang mencerminkan kompleksitas pesan lingkungan dan harmoni antara manusia dan alam. Untuk itu, dilakukan analisis terhadap bagaimana ideologi karya seni dirumuskan oleh koreografer dan bagaimana implementasinya ke dalam elemen artistik. Dalam konteks seni tari sebagai medium ekspresi, karya ini menggabungkan tradisi dan inovasi untuk mengangkat isu lingkungan yang mendesak. Pendekatan fenomenologi digunakan untuk menganalisis landasan ideologis yang merumuskan pesan-pesan koreografer dalam elemen-elemen artistik karya. Temuan menunjukkan bahwa <em>world view </em>koreografer terhadap laut, dipandang sebagai sumber inspirasi bagi simbolisme, makna artistik dan spiritual dalam karya seni Mina Maha Manu. Secara epistemologis, koreografer mengakui bahwa pengalaman sebelumnya dalam menciptakan karya tari memainkan peran penting dalam pendekatan mereka untuk menciptakan karya baru. Untuk itu koreografer menggunakan pendekatan kontemporer untuk mengekspresikan gagasan mereka dalam karya Mina Maha Manu. Penelitian ini memiliki dampak dua dimensi: (1) mengungkap peran seni tari dalam menyampaikan pesan ideologis dan (2) menerjemahkan tradisi ke dalam isu kontemporer sekaligus memberikan wawasan baru tentang keterhubungan manusia dan lingkungan. Kendati fokus pada satu karya seni tari, penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang konstruksi ideologi dalam kreativitas karya seni dan relevansinya dalam pemaknaan kekaryaan seni secara kekinian.</p> Ida Ayu Gede Sasrani Widyastuti Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 155 169 LAUT DAN SAMUDERA MEDIUM SENI: OMBAK SEGARA DALAM TARIAN BALI https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/425 <p>Seminar Nasional Bali Sangga Dwipantara ISI Denpasar, tema "Sindhu-Taksu-Sadhu" yakni memaknai Sindhu-Taksu-Sadhu sebagai ranah suci, menapakkan jasmani dan rohani menuju tahapan spiritual. Dicontohkan upacara “melasti” dalam Hindu, laut sebagai ritus pelebur kekotoran, serta tempat memohon air kehidupan (Tirta Kamandalu) ri telengin samudra. Laut dan Samudera Medium Seni telah sejak dahulu dijadikan media inspirasai, khususnya dalam bidang seni tari. Laut dan Samudera adalah wilayah suci bagi keyakinan Agama Hindu yang patut dimuliakan sehingga memberikan implikasi positif terhadap kehidupan manusia. Seniman dengan daya estetisnya mempresentasikan laut samudera ke ranah seni olah gerak yang disebut tari. Tarian Bali melalui gerakannya yang khas banyak menggambarkan keindahan laut samudera mengungkap imajinasi seniman merangkai gerakan tari yang diwujudkan dengan istilah Ombak Segara. Klasifikasi gerak tarian Bali dapat di bagi menjadi gerakan murni dan gerakan maknawi. Gerakan murni; ungkapan gerak yang hanya mengandung unsur estetis, sedangkan gerakan maknawi adalah gerakan yang mengandung arti. Beberapa tarian yang menggunakan gerakan Ombak Segara diantaranya; tokoh Condong dan Kakan-kakan dalam dramatari Gambuh, tari Legong Keraton, tari Pendet, tari Panyembrama, tari Gabor, tari Puspawresti, tari Sisia, dan lain sebagainya. Dalam wujud tari, di Bali muncul sebuah garapan tari populer yang disebut tari Nelayan yang menggambarkan kehidupan para nelayan dengan segala aktivitasnya. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menerapkan metode atau tahapan pengumpulan data melalui tahapan wawancara, kepustakaan, dan dokumentasi. Tujuannya untuk mendeskripsikan pengertian istilah gerak Ombak Segara dari beberapa informan kunci. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman keilmuan secara teoritis dan praktis bagi mahasiswa yang luarannya sebagai pendidik Seni Budaya.</p> I Wayan Budiarsa Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 170 177 THE INSATIABLE : REPRESENTASI FENOMENA FAST FASHION TERHADAP EKOSISTEM LAUT DALAM KARYA BUSANA https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/426 <p>Fast fashion merupakan sebuah sistem produksi produk fashion secara masal dalam kurun waktu yang singkat dengan tren terkini dan harga terjangkau. Akan tetapi keberadaan fast fashion menjadi problematika lingkungan akibat dampak yang ditimbulkannya terhadap ekosistem laut dari microplastic sebagai residu produksi fast fashion serta limbah dari pewarna sintetis pakaian. Dampak dari fenomena fast fashion ini direpresentasikan dalam sebuah karya fashion yang berjudul “The insatiable”. Karya ini juga menggambarkan industri fast fashion sebagai pemicu masyarakat untuk bersikap konsumtif tanpa rasa puas terhadap produk fashion yang telah dikonsumsi. Semakin konsumtif masyarakat terhadap produk fast fashion makin meningkat pula limbah pakaian yang dihasilkan. Limbah pakaian fast fashion ini di daur ulang dengan metode upcycle fashion dan menerapkan teknik monumental tekstil yakni patchwork. Karya fashion ini digarap melalui tahapan Frangipani “The secret Steps of Art Fashion”. Melalui karya ini masyarakat diharapkan lebih bijaksana dalam mengkonsumsi produk fashion khususnya fast fashion agar dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan pada ekosistem laut.</p> Ni Kadek Yuni Diantari I Gusti Bagus Priatmaka Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 178 187 MEDIA VIDEO ANIMASI DAN BUKU PROFIL SENI PRASI SERTA KAIN TENUN SONGKET KECAMATAN SIDEMEN, KABUPATEN KARANGASEM https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/427 <p>Bagaikan lautan potensi kesenian yang begitu indah dan terus bergerak perlahan, terdengar tenang dalam suasana asri di suatu kecamatan yang terletak di kabupaten Karangasem sangat begitu memikat dan mempesona.&nbsp; Potensi seni yang sudah lama ada dan tetap terjaga di setiap desa bagaikan hamparan samudra yang menyimpan begitu banyak kekayaan didalamnya, kecamatan itu bernama Sidemen, dimana seni prasi dan kain tenun songket menjadi dua potensi penting dalam sejarah perkembangan kecamatan Sidemen, selain hasil kesenian dan kekayaan alam lainnya yang tersedia di kecamatan yang asri ini, penulis terpanggil untuk dapat lebih memperkenal seni prasi dan kain tenun songket yang menjadi identitas seni dan budaya kecamatan Sidemen sejak tahun 1970-an, melalui Media komunikasi visual yang merupakan bidang keilmuan penulis akan dirancang media video animasi dan buku profil kecamatan Sidemen, kabupaten Karangasem.&nbsp; Dimana pada media video animasi dan buku profil yang dirancang akan mengulas tentang sejarah perkembangan seni prasi dan kain tenun songket di kecamatan Sidemen, sehingga harapannya media komunikasi visual nantinya akan mampu mempromosikan potensi seni serta memperkenalkan budaya yang ada di kecamatan Sidemen dimata nasional hingga dimata internasional sebagai kecamatan wisata pusat seni prasi dan kain songket serta memperkenalkan kecamatan Sidemen sebagai salah satu kecamatan yang memiliki peran penting dalam perkembangan seni prasi dan kain tenun songket di provinsi Bali.&nbsp; Hingga pada akhirnya media video animasi dan buku profil kecamatan Sidemen ini dapat digunakan sebagai catatan sejarah kecamatan Sidemen dimasa lalu untuk disampaikan dan diteruskan oleh generasi muda kecamatan Sidemen di masa yang akan datang.</p> Agus Ngurah Arya Putraka Ni Ketut Pande Sarjani Ni Ketut Rini Astuti Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 188 197 RITUAL PEMULIAAN SAMUDRA DI RUANG VIRTUAL SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN LITERASI https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/429 <p>Penelitian ini bertujuan menganalisis nilai-nilai pendidikan dan literasi budaya dalam ritual pemuliaan laut dan samudra yang dikemas dalam ruang virtual dan digital. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis sebagai kajian dalam analisis data. dapat digunakan sebagai media pendiidkan dan literasi budaya. Salah satu akun YouTube dalam akun Nusa Penida Destinations dalam ruang digital dan virtual mengabadikan atau mendokumentasikan prosesi, tahapan, pemaknaan, dan sejarah yang melatarbelakangi ritual nyepi segara ini diadakan. Banyak warganet mencari referensi terkait ritual ini melalui media digital dan ruang virtual. Masyarakat, tidak saja di Bali, melainkan masyarakat dalam teritorial yang lebih luas dapat memahami prosesi pemuliaan laut dan samudra khususnya yang ada di wilayah Nusa Penida. Dalam narasi di media digital yang disampaikan oleh tokoh agama, tokoh adat, maupun masyarakat sekitar dapat memberikan edukasi dan sosialisasi terkait kearifan lokal yang dimiliki oleh Bali dalam pemuliaan air. Generasi muda menjadi mengetahui dan memaknai bahwa adanya kearifan lokal ini patut didokumentasikan dan dapat dijadikan sebagai sumber atau media pembelajaran terkait makna dan filosofi nyepi segara. Keberadaan dan kecanggihan teknologi dan informasi, jika dimanfaatkan dengan bijak dan positif, mampu menjadi alat yang sangat ampuh untuk menjaga eksistensi kearifan lokal, budaya, seni tradisi bahkan ritual keagamaan yang sarat akan nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kehidupan, dan literasi budaya. Berdasarkan data transformasi ritual pemuliaan air, nyepi segara yang dikemas dalam format digital dan virtual ini tampak bahwa format sajian virtual dan digital ini dikemas lebih kreatif, inovatif, tidak monoton sehingga menjadi sumber belajar, media pembelajaran dan sumber motivasi untuk masyarakat Bali, khususnya dalam pelestarian budaya, seni tradisi, dan ritual itu sendiri. Media virtual dan digital yang mendokumentasikan budaya, ritual, adat tardisi secara utuh dan penuh dapat menjadi sumber belajar, media literasi, dan dapat pula membangun ekonomi kreatif bagi masyarakat desa dan memberdayakan desa sebagai sesuatu yang potensial.</p> Ni Nyoman Ayu Suciartini Putu Wahyu Pratama Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 198 209 TERUMBU KARANG SEBAGAI MEDIUM EKSPRESI DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK DEKORATIF https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/430 <p>Seni tercipta dari aktivitas manusia yang tak terbatas dalam <em>creative process</em>, oleh rasa dan karsa menjadi “pengawal” utama dalam berolah keratif sampai karya terwujud. Adapun pemicu utama dalam berolah kreatif, tidak terlepas dari pemikiran akan pencetusan ide dan konsep melalui tahapan observasi akan fenomena yang dijadikan objek garapan karya. Dalam hal ini, dibutuhkan upaya eksploratif melalui pengetahuan, keterampilan dan rasa estetis.&nbsp; Proses kreatif dalam penciptaan karya ini, terinspirasi dari kehidupan alam bawah laut yang memiliki keunikan dengan keberagaman bentuk, dan memiliki manfaat untuk keberlangsungan ekologi maupun ekonomi bagi kehidupan manusia. Penciptaan karya keramik dengan ide “Terumbu Karang” menggunakan metode perancangan/penciptaan karya seni kriya (<em>pre-factum, practice-led research</em>) Hendriyana:2018:12, dengan pendekatan empat langkah penciptaan yaitu: persiapan, eksplorasi, kematangan konsep (perancangan) dan perwujudan karya. Secara tekstual penciptaan karya ini mewakili representasi pengalaman estetis yang dituangkan melalui media tanah liat (<em>stoneware caremic</em>). Urgensi dari penciptaan karya ini, sebagai konsumsi visual dalam penyajian karya dan menjawab tantangan di masyarakat terhadap penciptaan karya kreatif dan inovatif, bahwa karya keramik tidak hanya untuk kebutuhan profan, namun berkembang sebagai fungsi dekoratif. Hasil penciptaan ini diharapkan menjadi sumber inspirasi untuk penelitian lebih lanjut, khususnya eksplorasi bahan keramik dan sebagai seruan kepada masyarakat dalam pelestarian&nbsp; ekologi laut demi keberlangsungan kehidupan bahari.</p> Ida Ayu Gede Artayani Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 210 218 KEHIDUPAN LAUT SEBAGAI TEMA WORKSHOP PEMBUATAN SOUVENIR DAUR ULANG BAGI SISWA SMA NEGERI 2 ABIANSEMAL https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/431 <p>Isu tentang Bali krisis sampah plastik menjadi kekhawatiran bagi kita semua. Hampir seluruh masyarakat turut serta berupaya untuk ikut andil dalam penanggulangannya. Salah satunya dengan melakukan pengelolaan sampah berupa daur ulang yang merupakan salah satu bagian dari konsep 3R (<em>Reduce, Reuse, Recycle</em>) dalam pengelolaan sampah. Daur ulang terhadap sampah domestik yang dihasilkan ini juga menjadi program dari SMA Negeri 2 Abiansemal dan menjadi salah satu fokus program yang dimotori oleh OSIS SMA Negeri 2 Abiansemal. Atas urgensi untuk realisasi program tersebut maka SMA Negeri 2 Abiansemal bekerjasama dengan tim pengabdian untuk mengadakan workshop daur ulang sampah menjadi produk souvenir yang memiliki nilai seni bagi siswa – siswi di sekolah tersebut. Tema Kehidupan Laut dalam workshop pembuatan souvenir daur ulang ini dimaksudkan sebagai pemantik bagi siswa – siswi agar lebih menumbuhkan kepedulian terhadap ekosistem kehidupan di laut dan kelestarian laut. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan workshop ini adalah menggunakan metode eksploratif <em>learning by doing</em> dan demonstratif. Hasil&nbsp; workshop disampaikan dengan deskriptif kualitatif. Workshop pembuatan souvenir daur ulang ini tidak hanya menjawab kebutuhan SMA Negeri 2 Abiansemal untuk merealisasikan program pengelolaan sampah domestiknya, namun juga meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang seni rupa dengan dapat mewujudkan produk <em>souvenir</em> bernilai seni. Kehidupan laut yang menjadi tema workshop membuat siswa lebih tertarik untuk mengeksplorasi bentuk biota laut seperti ikan, kerang, terumbu karang, dsb. Mereka menyadari bahwa menjaga lingkungan sekitar juga merupakan kontribusi untuk menjaga kelestarian laut. Dampak lain dari program ini adalah terwujudnya inisiasi pembentukan Klub <em>Recycle</em> di SMA Negeri 2 Abiansemal.</p> Luh Budiaprilliana Ni Made Purnami Utami Ni Kadek Karuni Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 219 230 AESTHETIC FORM OF SEGARA ART https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/432 <p>Penciptaan karya seni rupa dalam berbagai dimensinya memiliki estetika yang unik dan menarik bagi orang lain yang melihatnya. Gaya, karakter dan identitas diri pada karya cipta seni sering kali mencerminkan ciri dan karakter diri para senimannya. Gaya sebagai identitas diri itu tidak muncul begitu saja akan tetapi muncul setelah melalui proses panjang pematangan ide, gagasan dan konsep penciptaan yang mendalam. Eksistensi penjelajahan, perenungan, eksperimen, eksplorasi dan evaluasi medium, bahan dan alat-alat yang digunakan harus terus-menurus diasah dan dipelajari secara sungguh-sungguh guna mendapatkan karya seni rupa yang berkualitas, bermutu tinggi serta memiliki nilai-nilai estetika yang menarik sesuai kebutuhan kreativitas senimannya. Perwujudan karya estetika segara rupa merupakan implementasi berbagai dinamika, misteri, dan dimensi permukaan gelombang samudra di muka bumi. Elemen-elemen seni rupa diantaranya cahaya, titik, garis, ruang, bidang, warna, tekture, dan komposisi sebagai elemen dasar dalam proses penciptaan seni harus di kuasai secara terstruktur agar karya cipta seni yang diciptakan menjadi lebih indah, menarik dan harmoni, serta memiliki kedalaman makna bagi masyarakat pendukungnya, penikmat seni, pengamat seni, kurator seni dan kolektor seni.</p> I Nengah Wirakesuma I Ketut Mustika Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 231 244 MELASTI SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM KARYA LUKIS https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/433 <p>Tujuan dari penelitian dan penciptaan tentang Melasti adalah menciptakan karya seni lukis sebagai pengalaman estetis, mengekspresikannya melalui elemen-elemen penciptaan seni lukis dan penerapan tehnik dengan kombinasi media. Tujuan umumnya adalah sebagai dokumentasi dan memberi inspirasi pada seniman pemula memperkaya kasanah dan menambah kepekaan para seniman muda terhadap aktifitas dan fenomena yang ada dalam kehidupan di lingkungan sekitarnya. Metode penciptaan yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi. Berikut dalam penciptaan karya, pencipta menggunakan metode observasi, eksperiman, peforming, dengan memperhatikan aspek ideoflastis dan fisikoflastis. Hasil/Temuan penelitian dan penciptaan berupa dokumentasi dan hasil karya 7 buah karya lukis yang merepresentasikan upacara melasti mulai dari prosesi awal Melasti, perjalanan Melasti, suasana dan spirit Melasti, serta aktifitas dan prosesi upacara di pura sehabis Melasti. &nbsp;Kesimpulan, Upacara Melasti yang dilakukan masyarakat Bali, terutama menjelang Hari Raya Nyepi, melahirkan berbagai inspirasi dalam penciptaan karya seni dalam hal ini adalah karya lukis. Upacara Melasti juga dapat dijadikan sebagai smber inspirasi yang sangat kaya bagi para seniman diluar seniman lukis. Implikasi dari Upacara Melasti dan karya lukis yang tercipta bagi masyarakat Bali, dapat terwujudnya rasa dan jiwa kebersamaan, kesetaraan, serta meningkatkat jiwa spiritual utuk sujud dan bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.</p> I Nengah Kariana I Gusti Putu Ngurah Cahyana Ady Putra I Wayan Kondra I Wayan Mudana I Made Ruta Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 245 255 CARATAN COBLONG SIMBOLIS PURUSA PREDANA SEBAGAI INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI KRAMIK https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/434 <p><em>Caratan</em> dan <em>Coblong</em> adalah salah satu benda yang berbentuk wadah, yang sering dipergunakan sebagai sarana upacara yadnya di Bali. Namun dari seringnya pemakaian gerabah ini masyarakat belum banyak yang mengerti dan memahami makna simbolisnya. Maka perlu dilakukan penelitian dan penciptaan yang akan menghasilkan karya keramik dengan mengungkap konsep purusa dan predana. Serta mengungkap&nbsp; metode dan teknik pembentukan karya seni keramik dengan inspirasi dari <em>caratan</em> dan <em>coblong</em>. Tujuan penelitian dan penciptaan ini adalah ingin mengetahui historis munculnya <em>caratan</em> <em>coblong</em>, makna, dan fungsinya, menghasilkan karya keramik yang mengungkap konsep purusa predana dalam <em>caratan</em> <em>coblong</em> dan ingin mengembangkan <em>caratan</em> <em>coblong</em> menjadi sebuah karya seni murni atau terapan yang lebih spektakuler dan monumental. Penciptaan ini juga dilakukan sebagai upaya melestarikan tradisi yang ada di Bali dan menggali ide baru untuk menghasilkan karya keramik yang unik, estetik dan inovatif. Metode yang digunakan dalam penciptaan adalah ekplorasi, perancangan, dan perwujudan. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan identifikasi data, reduksi data, analisa data dan kesimpulan. Pendekatan teori yang digunakan adalah teori makna, fungsi, dan estetika.&nbsp; Hasil penciptaan karya keramik menunjukkan bahwa ide dasar <em>Caratan</em> dan <em>Coblong</em> yang mempunyai makna simbolis dapat ditranformasi pada karya ciptaan baru yang indah dan menarik. Terjadi inovasi yang besar dari berbagai dimensi, baik bentuk, fungsi, teknik, dan penampilan.</p> I Made Mertanadi I Wayan Suardana Ni Kadek Karuni Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 256 261 METAFORA SAMUDRA DALAM CERITA DEWA RUCI, MAKNA SUGESTI BIMA MEMBENTUK JATI DIRI https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/435 <p>Bima adalah salah satu tokoh Pandawa, yang berkat sugesti samudra ia mampu mengafirmasi diri memperoleh kemanunggalanya. Lakon Dewa Ruci menggambarkan upaya Bima (manusia) mencapai kebenaran (sadhu), melalui medium lautan/samudra (sindhu) sebagai perenungan/ penyucian diri sampai ia bertemu Dewa Ruci, energi spritual (taksu) dalam dirinya. Tergambarlah ‘hukum ketertarikan’ (law of attraction) sebagai efek interaksi Bima yang merupakan subjek tersugesti dan samudra sebagai objek penyugesti. Penelitian ini bertujuan menelaah secara estetik-filosofis metafora lautan dan samudra dalam kisah Dewa Ruci; menganalisis signifikansi makna dan sugesti atas afirmasi diri Bima sebagai refleksi generasi muda menempa jati diri. Riset kualitatif berpendekatan studi kasus dipergunakan sebagai metode penelitian ini, dengan analisis teori estetika (significant form), teori sastra (semiotika-strukturalisme) dan teori pisikologi (low of attraction &amp; kognitif). Temuan kunci penelitian ini: Relevansi metafor tematik, sebagai alternatif proses kognitif ‘berfikir ke dalam’ (think inside) bagi generasi muda mengenali dan meningkatkan kualitas etika dan moralnya, di tengah ketumpangtindihan informasi. Pertama, lautan/samudra merupakan metafora kompleksitas alam fikir dan raga manusia seluas batas kemampuan mengekplorasi filosofi makna spiritual atas pengalamanya; Naga melambangkan tantangan, dan konflik pengalaman internal-eksternal yang memengaruhi perkembangan jiwa dan raga; Dewa Ruci, merupakan batas jangkauan jati diri yang bersifat dinamis. Kedua, Signifikansinya, bahwa proses kognitif Bima memahami kemanunggalan memiliki pola yang sama seperti generasi muda mempelajari jati dirinya. Bima haruslah tersesat untuk memasuki ruang yang tidak ia pernah pahami. Disinilah samudra berperan menuntun Bima melampaui objek itu sendiri, sehingga Bima berkeputusan menceburkan diri ke laut yang bermakna menyelam ke dalam alam fikirnya agar mampu mengenali versi sempurna dirinya yaitu Dewa Ruci.</p> I Dewa Ketut Wicaksana I Dewa Ketut Wicaksandita Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 262 279 EKSPERIMENTAL KONSEPTUAL DI NUNGKALIK FESTIVAL PANTAI SEGARA AYU DAN ISI DENPASAR https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/436 <p>Penelitian ini bertujuan menuliskan eksperimental konseptual yang diterapkan pada Nungkalik Internasional Festival di Segara Ayu Sanur dan Institut Seni Indonesia Denpasar. Eksperimental konseptual model interaksi seni semacam ini, telah penulis kerjakan selama kurun waktu lima belas tahun pada <em>site</em> yang berbeda. Melalui eksperimental konseptual secara intens dan konsisten berkontibusi lahirnya konsep-konsep dan metoda yang dapat dikloning, dan berguna bagi dunia akedemis seni. Permasalahan penelitian yang timbul adalah apa yang dimagsudkan eksperimental konseptual di nungkalik internasional festival, kemudian bagaimana implementasi, dan mengasilkan konsep visual, gerak, musik seperti apa? Menggunakan pandangan teori Bertie Feldman pada bukunya “<em>Curating Dramaturgies How Dramaturgy and Curating are Intersecting in the Contemporary Arts” </em>dan metode MAL. Antara workshop dengan perform hampir tidak ada jarak, ketika masuk tahap perform semua mengikuti alur perform. Pengumpulan data melalui observasi lapangan, implementasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan eksperimen dengan dilandasi konsep yang rijid dapat menjembatani kultur, karakter, komonikasi yang beragam dalam proses interaksi seni. Ekspresi konsep seni yang dihasilkan berupa seni visual, gerak, dan musik ekspresive simbolik.</p> I Wayan Sujana Ketut Sumerjana Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 280 288 PELATIHAN WAYANG PARWA GAYA BEBADUNGAN DI SANGGAR MAJALANGU, KELURAHAN KEROBOKAN, KECAMATAN KUTA UTARA, KABUPATEN BADUNG https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/437 <p>Dewasa ini pertunjukan wayang kulit khususnya Wayang Parwa semakin jarang ditemukan dalam masyarakat. Pertunjukan Wayang Parwa dengan sumber lakon Epos Mahabharata dan diiringi dengan gamelan Gender Wayang termasuk golongan paling tertua dari jenis pertunjukan wayang lainnya. Wayang Parwa biasanya dipakai sebagai dasar untuk belajar praktek pakeliran baik melalui pendidikan formal maupun non formal seperti halnya di sanggar-sanggar maupun di masyarakat. Wayang Parwa memiliki banyak versi yang disebut dengan gaya/<em>styl</em>. Di Bali ditemukan empat gaya Wayang Kulit Parwa yaitu; Gaya Bebadungan, Gaya Sukawati, Gaya Tunjuk, dan Gaya Bali Utara (Buleleng). Meredupnya popularitas Wayang Kulit Parwa juga disebabkan oleh munculnya berbagai varian wayang kulit inovatif seperti; Wayang Cenk Blonk, Wayang Joblar, Wayang D’Karbit, Wayang Genjek, Wayang Kang Cing Wi, dan lain-lain yang memiliki ciri khas tersendiri. Untuk menjaga kelestarian pertunjukan Wayang Parwa Gaya Bebadungan khususnya di Kabupaten Badung perlu dilakukan upaya-upaya konservatif yang salah satunya adalah melalui pelatihan. Kegiatan pelatihan dilakukan bekerjasama dengan Sanggar Majalangu, Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung yang dipimpin oleh I Made Agus Adi Santika. Kegiatan ini didanai&nbsp; oleh dana DIPA ISI Denpasar tahun 2023 melalui LP2MPP. Pelatihan diberikan kepada salah satu dari anggota Sanggar Majalangu dengan menggunakan metode&nbsp; pembelajaran teori praktek pakeliran. Proses pelatihan dilakukan secara bertahap mulai dari adegan <em>pamungkah</em>, <em>igel</em> Kayonan, <em>panyahcah parwa</em>, <em>bebaturan</em>, <em>sendu samita</em>, <em>panggalang ratu</em>, <em>pangalang penasar</em> (Tualen), <em>angkat-angkatan</em>, <em>pepeson</em>, dan <em>pangkat siat.</em></p> I Made Marajaya Ni Komang Sekar Marheni I Kt. Suteja Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 289 305 ANIMASI UPIN IPIN: MEDIUM DIALOG KEBANGSAAN INDONESIA-MALAYSIA https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/438 <p>Secara histori, budaya Indonesia-Malaysia memiliki keterkaitan yang erat, meskipun dalam hal politik, hubungan negara Indonesia-Malaysia sering mengalami konflik. Meskipun muncul konflik dan wacana tentang potensi perang, namun hingga saat ini, konflik tersebut tidak pernah mencapai titik nyata yang mengancam eksistensi kedua bangsa. Upaya diplomasi selalu ada untuk meredakan ketegangan. Selama satu dekade terakhir, animasi Upin Ipin dari Malaysia telah berkembang dan meraih popularitas di Indonesia. Meskipun dalam satu dekade ini terjadi beberapa kali konflik antara Indonesia dan Malaysia, animasi Upin Ipin tetap diterima dengan baik di Indonesia. Bahkan jumlah tayangan animasi Upin Ipin di televisi Indonesia semakin meningkat. Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis potensi animasi Upin dan Ipin sebagai salah satu bentuk diplomasi Indonesia-Malaysia. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini, dengan analisis deskriptif kritis dan pemanfaatan teori analisis wacana untuk mengkaji data penelitian. Temuan penelitian mengindikasikan bahwa animasi Upin Ipin memiliki tujuan untuk mempererat dialog dan hubungan antara Malaysia dan Indonesia. Karakter Susanti dari Indonesia yang hadir dalam animasi Upin Ipin dapat diartikan sebagai simbol yang menggambarkan hubungan baik antara kedua negara. Artikel ini memberikan kontribusi dalam memahami bahwa animasi Upin Ipin bukan hanya sekadar hiburan semata, melainkan juga dapat berfungsi sebagai media untuk memperkuat dialog dan kesatuan&nbsp;antar bangsa.</p> Gede Pasek Putra Adnyana Yasa Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 306 317 LAUT DAN SAMUDRA DAYA CIPTA SENI CERITA LEGODBHAWA SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN KRIYA https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/439 <p>Keberadaan laut Bali kehidupan masyarakat Hindu Bali tidak saja&nbsp;&nbsp; dipandang sebagai luapan rasa air asin semata, namun telah menjadi entitas rutin ritual keagamaan yang berkelanjutan. Ritual keagamaan Panca yadnya dan organisasi profesi dilakukan menurut perhitungan sasih dan wuku perhitungan kalender Bali. Upacara melasti, ngaben, dan pembersihan diri yang disebut <em>melukat</em> adalah suatu cara pemujaan dan pemuliaan serta anugrah yang patut disyukuri oleh masyarakat Bali. Laut oleh seniman dan pencipta seni ditangkap dengan perspektif rupa “mewarnai” bertumbuhkembangnya seni budaya Bali. Literasi agama, itihasa dan mitologi&nbsp;&nbsp; juga menginspirasi lahirnya karya cipta seni yang kreatif dan inovatif. Narasi Legodbhawa adalah salah satu bentuk pencarian sekaligus penyatuan lima unsur alam seperti: <em>teja, apah, bayu, pertiwi </em>dan <em>akasa </em>yang disebut dengan <em>Panca Maha Bhuta</em>. &nbsp;Literasi keagamaan, itihasa dan mitologi&nbsp;&nbsp; yang terkait dengan keagungan air/laut telah dan dapat menginspirasi lahirnya karya cipta seni yang mempunyai nilai estetik. Pemindahan keindahan sebuah narasi yang ada dalam cerita legodbhawa kedalam bentuk karya cipta kriya, merupakan sebuah inovasi kreatif yang nantinya memiliki nilai-nilai kebaruan. Ajaran agama Hindu seperti: <em>tri kona, tri premana, dan panca mahabhuta </em>adalah bagian penting dan mempunyai makna erat dengan air laut. Penciptaan kriya ini menggunakan bahan dasar kayu jati (dua dimensi) dan pohon enau (tiga dimensi) dibuat dengan teknik ukir tembus. Komposisi obyek dibuat secara vertikal dan horisontal dengan irama garis lurus, melengkung, dan lingkaran. Komposisi bidang seperti lingkaran, segi empat dan segi tiga adalah bentuk- bentuk visual yang bermakna simbolis.</p> I Made Suparta I Ketut Muka I Made Berata Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 318 328 DESAIN KARAKTER ANIMASI “CUPAK GRANTANG” SEBAGAI MEDIA EDUKASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/440 <p>Desain karakter Animasi Cupak Grantang&nbsp; ini muncul dari gagasan atau ide sebuah karya animasi, yang mengajarkan nilai-nilai karaker baik dan buruk didalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terdapat pada cerita Cupak Gerantang. Karakter dari tokoh Cupak ini,&nbsp; mencerminkan sifat yang tidak baik pada diri manusia, tamak, cuek terhadap lingkungan, dan tidak&nbsp; bias sopan santun terhadap orang lain. sedangkan karakter Grantang adalah kebalikannya, tokoh karakter yang mempunyai sifat baik hati, berbuat jujur, budi pekertinya baik, dan tutur katanya pun sopan kepada setiap orang. Ditambahkan karakter kakek dan cucunya yang menjadi narator dalam animasi. Penciptaan karakter ini memang digunakan untuk mengilustrasikan dua sifat pada manusia, baik dan buruk, yang terus ada didalam masyarakat khususnya anak-anak. Dengan dibuatnya karakter animasi ini diharapkan mampu mengedukasi siswa sekolah dasar. Desain karakter Animasi Cupak Grantang ini nantinya menggunakan metode penciptaan ilustrasi digital. Metode ini biasa dilaksanakan dalam membuat karakter animasi yang baik dan menarik. Dengan metode ini diharapkan karakter animasi cupak grantang memberikan satu media edukasi yang menarik dan mampu memberikan pemahaman terhadap siswa sekolah dasar tentang pentingnya memiliki karakter yang baik dan menghindari karakter yang tidak baik seperti pada tokoh animasi cupak grantang.</p> I Gede Agus Indram Bayu Artha Putu Arya Janottama Wahyu Indira Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 329 337 EKSPRESI BIOTA LAUT KARYA RELIEF I MADE SUTEDJA https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/441 <p>I Made Sutedja (almarhum) adalah seorang seniman seni ukir dari Guwang Sukawati Gianyar Bali yang sangat terkenal dengan hasil karya yang sangat unik dan artistik. Keindahan biota laut adalah salah satu tema yang sering diangkat dalam ekspresi penciptaan karya seni reliefnya. Tujuan penelitian ini adalah ingin menyelidiki lebih mendalam ekspresi I Made Sutedja dalam mengangkat biota laut dalam karya ciptaannya, dan nilai estetik yang terkandung di dalamnya.&nbsp; Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: bagaimana ekspresi I Made Sutedja dalam mengangkat biota laut dalam penciptaan karya seni relief?, Bagaimana nilai estetika karya biota laut I Made Sutedja?. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif interpretatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam analisa data adalah teori ekspresi dan estetika. I Made Sutedja adalah seniman seni ukir yang sangat tekun dan ulet dalam berkarya, ekspresinya tercurah sangat total dalam hasil ciptaanya, sehingga karyanya sangat sempurna. Penguasaan teknik seni ukir I Made Sutedja sangat tinggi dengan hasil pahatan yang halus, kuat, dan tegas. Selain mengangkat biota laut dalam ekspresi berkarya, I Made Sutedja juga banyak mengangkat cerita Mahabrata, Ramayana, dan mitologi Dewa-dewa dalam Agama Hindu.&nbsp; Sebagai seorang pendidik, I Made Sutedja telah banyak melahirkan seniman ukir yang memiliki ketrampilan yang sangat tinggi dengan hasil karya yang bervariatif. I Made&nbsp; adalah seorang seniman yang sangat idealis, tidak komersial, sehingga sampai akhir hidup hasil karyanya masih banyak tersimpan di galerinya.</p> I Wayan Suardana I Ketut Muka I Made Mertanadi Ni Kadek Karuni Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 338 349 PRESERVASI LUKISAN I GEDE MODARA DENGAN JUDUL PEMUTARAN GUNUNG MANDARA GIRI https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/442 <p>I Gede Modara (1770-an) nama kecilnya I Gede Mersadi, pelukis pelopor lukisan wayang Kamasan yang kini disebut seni lukis Bali klasik. Sebagai pelukis pelopor karya-karyanya digunakan untuk persembahan dan pencerahan kepada umat. Salah satu karya peninggalan lukisan pencerahannya Modara, berjudul “Pemutaran Gunung Mandara Giri” diwujudkan dalam bentuk parba di atas kayu, menggunakan warna Bali, kini kondisinya sangat memprihatinkan, tidak terurus dengan baik, serta tidak mendapat perhatian dari pemerintah sehingga memberi kesan sangat abai terhadap peninggalan sejarah. Padahal karya tersebut merupakan karya yang memiliki reputasi tinggi sebagai peninggalan sejarah seni yang sangat penting ketika generasi yang akan datang ingin menelusuri peradaban dan perkembangan seni lukis klasik Bali. Berangkat dari fenomena tersebut, maka menarik untuk dijadikan penelitian “Preservasi Lukisan I Gede Modara dengan judul Pemutaran Gunung Mandara Giri”. Pendekatan analisis digunakan konsep teori dan metode preservasi. Preservasi berhubungan dengan pelestarian, pengembangan, dan pemberdayaan untuk menciptakan produk baru atau terbarukan. Dalam pembahasan, membahas tentang: 1) langkah-langkah pelestarian, 2) pengembangan industri kreatif, 3) pemberdayaan masyarakat dan memperluas kesempatan kerja. Temuan: Berupa produk preservasi baru atau terbarukan yang mencerminkan seni kreatif.</p> I Wayan Mudana Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 350 359 ARAK SEBAGAI SUMBER PENGHIDUPAN BALI : SEBUAH TEKNIK NARASI DALAM PERANCANGAN BUKU VISUAL https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/443 <p>Bali dikenal luas atas warisan budayanya yang kaya dan kearifan lokal yang unik, dengan arak memiliki peran sentral dalam budaya Bali sebagai minuman tradisional berasal dari pertanian lokal. Buku visual ini mengeksplorasi peran arak sebagai sumber penghidupan di Bali, membahas produksi, distribusi, dan dampaknya pada masyarakat setempat. Buku ini merinci jejak produksi arak di Bali dan warisan budayanya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Gambar dan ilustrasi dalam buku menggambarkan teknik tradisional dalam pembuatan arak. Selain itu, buku ini menjelaskan peran ekonomi arak di Bali, dengan fotografi dan gambar yang menggambarkan arak sebagai komoditas penting yang diperdagangkan secara lokal, memberikan mata pencaharian bagi berbagai orang. Pendekatan kualitatif digunakan dalam analisis, dengan narasi dalam buku yang menjelaskan informasi historis, kultural, dan sosial tentang arak, serta peranannya dalam upacara adat dan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arak bukan hanya minuman beralkohol biasa, melainkan juga simbol kearifan lokal dan identitas budaya Bali. Narasi dalam buku dengan cermat menggambarkan kompleksitas nilai-nilai dalam tradisi arak, termasuk pengetahuan lokal, konsumsi yang bijak, dan upaya pelestariannya dalam menghadapi modernisasi dan regulasi pemerintah. Buku ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang arak sebagai proses pembuatan, distribusi, dan aspek sosio-kultural, berfungsi sebagai sumber pengetahuan berharga bagi pembaca yang tertarik memahami peran arak dalam kehidupan manusia. Selain itu, buku ini diharapkan dapat menginspirasi upaya pelestarian tradisi dan promosi kebijakan berkelanjutan untuk menjaga aspek budaya berharga ini dalam masyarakat yang terus berubah di era modern.</p> Gede Bayu Segara Putra Wahyu Indira I Putu Udiyana Wasista Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 360 373 PENGALAMAN PROSES SENI SEBAGAI PERFORM DI NUNGKALIK FESTIVAL https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/444 <p>Seperti halnya yang dilakukan oleh Nungkalik Festival. Penulisan ini dilakukan karena penulis terlibat di Nungkalik Festival. Proses Nungkalik Festival diawali dengan Sharing Discussion - Workshop - Art Perfomance. Proses seni sebagai perform tentu akan menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya: Pertama apa itu proses seni?, kedua tahapan proses seni menuju perform, dan ketiga mengenai makna yang didapatkan di Nungkalik Festival. Dalam penelitian ini menggunakan teori Jan Specht tentang Architourism. Menggunakan testimoni partisipan sebagai data hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman proses seni di Nungkalik Festival ada tiga aspek, yakni : 1 Tidak mengerti (tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu), 2. tidak mengerti namun menikmati (tidak tau kalau dirinya tau) dan 3. mengerti dan menikmati (tau bahwa dirinya tau).</p> Putu Durga Laksmi Devi Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 374 382 INTERPRETASI IKONOGRAFIS VISUAL GAJAH MINA PADA LUKISAN WAYANG KAMASAN BALE KAMBANG TAMAN GILI KERTHA GOSA https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/bdw/article/view/445 <p>Seminar yang berjudul "Sindhu-Taksu-Sadhu" mengulas mengenai pemuliaan laut sebagai sumber inspirasi untuk karya seni yang bertujuan meningkatkan sikap secara jasmaniah dan spiritual. Dalam konteks ini, terdapat representasi visual dari palelintangan gajah mina, yang juga merupakan sebuah narasi mitos tentang makhluk-makhluk lautan yang muncul dalam ilustrasi wayang kamasan di Kertha Gosa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis visual gajah mina dalam lukisan wayang kamasan Bale Kambang Taman Gili Kertha Gosa sebagai narasi penciptaan yang berbasis samudra, sesuai dengan tema "Sindhu-Taksu-Sadhu". Metode penelitian yang diterapkan adalah pendekatan ikonografis Panofsky. Pada tahap pra-ikonografis, gajah mina digambarkan terdampar di pesisir bersama dua orang nelayan. Pada tahap ikonografis, gajah mina juga diidentifikasi sebagai makara, yang menjadi penanda estetik pada candi-candi di Jawa dan Sumatra. Makara digambarkan sebagai simbol dari lautan, serta sebagai penanda masa pembangunan candi-candi. Kesimpulannya, narasi visual gajah mina dalam ilustrasi wayang kamasan tersebut mencakup warisan sejarah dari periode peralihan Jawa-Bali, merekam peristiwa sehari-hari masyarakat pesisir Klungkung, dan berfungsi sebagai pengantar visual pada palelintangan, yang memiliki sisi lebih pragmatis ketimbang penggambaran makhluk mitologi.</p> I Wayan Agus Eka Cahyadi I Wayan Adnyana I Wayan Mudra I Wayan Swandi Copyright (c) 2023 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-12-05 2023-12-05 3 383 391