Seminar Nasional Bali Sangga Dwipantara-Bali Dwipantara Waskita
Para peneliti, akademisi, dan peminat budaya yang terhormat,
Kami dengan senang hati mengumumkan Seminar Nasional Bali Sangga Dwipantara, sebuah acara yang didedikasikan untuk mengeksplorasi beragam pengetahuan dan warisan budaya yang mempesona. Seminar ini bertujuan untuk menyediakan platform bagi para cendekiawan, praktisi, dan peminat untuk berkumpul dan terlibat dalam diskusi bermakna yang akan berkontribusi pada pelestarian dan kemajuan tradisi budaya dan pengetahuan akademik yang kaya.
Bertajuk Sindhu-Taksu-Sadhu
Kebudayaan maritim dibentuk atas olah budi masyarakat yang mendiami wilayah kepulauan. Karakteristik wilayah kepulauan menjadikan laut dan samudera sebagai ibu; menjadikan praktik seni budaya bahari berorientasi pada memuliaan laut sebagai muasal sekaligus jalan pulang (sangkan paraning dumadi).
Memaknai Sindhu-Taksu-Sadhu menempatkan pemaknaan atas laut dan samudera hadir dalam khazanah material dan spirit. Pemaknaan secara material, laut dan samudera merupakan ekosistem biota dan jazad renik dalam air yang tertaut dengan pesisir dan pulau-pulau sebagai kelanjutan alamiahnya. Secara spiritual, pemaknaan pesisir, teluk, tanjung, laut, dan samudera merupakan wilayah sakral, ruang lapang untuk memuliakan semesta dengan berbagai atribut keluhuran.
Guna semakin meluaskan pemaknaan atas praktik, karya, dan kecemerlangan gagasan seni budaya tentang Laut dan Samudera, Seminar Nasional Bali-Dwipantara Waskita (Republik Seni Nusantara) mengundang seluas-luasnya masyarakat akademik di Indonesia untuk berpartisipasi mengajukan artikel ilmiah. Topik Sindhu-Taksu-Sadhu membuka peluang interpretasi lintas perspektif; seni budaya maritim yang terus hidup menghiasi peradaban Nusantara.
Sub-tema:
1. Laut dan Samudera idiom kultural, etik tradisi, imajinasi persona-komunal
2. Laut dan Samudera entitas religi dan ritus.
3. Laut dan Samudera dalam harmoni diri dan alam semesta.
4. Laut dan Samudera Daya Cipta Seni.
5. Laut dan Samudera Medium Seni.
6. Laut dan Samudera Inspirasi Rekacipta Seni dan Desain.
7. Representasi Laut dan Samudera pada Karya Seni.
8. Abstraksi Laut dan Samudera pada Karya Seni.
9. Narasi Laut dan Samudera Estetika Seni.
10. Ekspresi Laut dan Samudera Stilistika Seni dan Desain.
11. Laut dan Samudera Usadha, Seni Terapi.
12. Metafora Laut dan Samudera, Makna, dan Sugestinya.
Current Issue
Vol. 2 No. 1 (2022): Prosiding Seminar Bali-Dwipantara Waskita II
Tajuk “Tirtha-Rakta-Sastra” menunjuk pemaknaan kekuatan air sebagai daya cipta seni dan susastra. Air dalam konteks denotatif, konotatif, dan simbolik senantiasa hadir menyatu dalam lelaku budaya Nusantara. Air sebagai elemen alam, mengalami kondisi krisis; kelangkaan air bersih, pencemaran, dan kekeringan menjadi isu global, merupakan salah satu bagian dari 17 sasaran pembangunan berkelanjutan. Air dengan seperangkat idiom kultural, etik tradisi, dan imajinasi persona-komunal diwariskan dari generasi ke generasi. Air bahkan, secara simbolik terbangun menjadi entitas relegi dengan berbagai manifestasi ritualnya. Berbagai ritus air di Bali, seperti: Malukat, Banyu Pinaruh, Siat Yeh, dan Magpag Toya menjadi orientasi pemuliaan hidup manusia dalam harmoni diri dengan alam semesta. Orientasi pemuliaan ini menjadi muasal rekacipta mahalango; keserbanekaan mahakarya.
Published: 2022-07-29